Nia Fitriyanti
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MUSIK TARLING” ini.
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya..Dalam Penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami persembahkan kepada Bapak Edi
Witono S.pd selaku guru Seni Budaya dan untuk semua
pihak yang telah membantu serta memberi motivasi kepada kami. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………….……………....... ii
I. PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1
Latar Belakang Masalah………………………………………….. . 1
1.2
Rumusan
masalh…………………………………………………… 2
1.3
Tujuan
Masalah............................................................................. 2
II.PEMBAHASAN…………………..………………….……….. 3
2.1 Pengertian Musik Tarling………………………………………….…..
3
2.2 Sejarah
Musik Tarling...............................................……………….... 3
2.3 Perkembangan Musik
Tarling……………………………………….. 4
III PENUTUP………………………………………………..…… 5
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….......... 5
3.2 Saran…………………………….…………………………………. 5
DAFTAR PUSTAKA………………………..……………………………....... 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Wilayah
kultural Cirebon merupakan tempat lahir kesenian tarling. Yang dimaksud wilayah
kultural Cirebon adalah daerah tempat orang-orang yang memiliki kebudayaan khas
Cirebon dengan ciri berbahasa Jawa dialek Cirebon, yang meliputi Kota Cirebon,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah utara Kabupaten
Majalengka, sebagian wilayah utara Kabupaten Subang, dan sebagian wilayah utara
Kabupaten Karawang.
Kesenian
tarling lahir sekitar dekade 1930-1940, dengan alat musik berupa gitar dan
suling bambu, yang berbunyi pentatonis gamelan.Perkembangan tarling selanjutnya
menunjukkan adanya bagian-bagian dalam kesenian tarling, yakni berupa lagu-lagu
klasik, lagu-lagu modern, drama humor, dan drama panjang. Perkembangan
lagu-lagu cukup pesat, terutama karena pengaruh musik dari luar wilayah, baik
dangdut maupun pop. Sejak dekade 1960-an perkembangan lagu-lagu tarling
menunjukkan kepesatan, dengan beberapa cirri yang dinamis, baik dilihat dari
musik maupun lirik.
Pada
saat sekarang, tarling telah berkolaborasi dengan berbagai musik dan telah
memasuki pasaran nasional, bahkan internasional. Kebanyakan lagu yang beredar
di pasaran telah menjadi dangdut Cirebonan. Dan kelihatannya, dangdut
Cirebonan inilah yang akan tampak bertahan lama, karena karakter dangdut
telah menyatu dengan budaya masyarakat Cirebon saat ini, bahkan tarling dangdut
Cirebonan sudah dibungkus secara praktis dengan menggunakan organ tunggal
(Dahuri, dkk., 2004:141).
1.2 Rumusan Masalah
Pesatnya perkembangan lagu-lagu tarling merupakan respon
masyarakat, karena lagu-lagu tersebut bisa menjadi ekspresi kultural masyarakat
pantai-agraris. Sejak dekade 1960 tampak sekali ada pergeseran tema, musik,
maupun lirik pada lagu-lagu tarling.
1.3 Tujuan Penulisan
Sebagai jenis kesenian yang lahir, tumbuh, dan berkembang
di wilayah lokal Cirebon, ternyata perkembangan selanjutnya tarling juga
dikenal di tingkat nasional. Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang pengertian musik
Tarling
2. menjelaskan
tentang perkenbangan musik Tarling
3. Mempekenalkan
kembali musik Tarlimg yang merupakansalah satu musik Tradisional Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Musik Tarling
Tarling merupakan
kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Indramayu-Cirebon dan
sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun
disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan
dua alat musik dominan: gitar akuistik dan suling. Selain kedua instrumen ini,
terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong.
Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama.
Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon.
Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama.
Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon.
2.2
Sejarah
Musik Tarling
Bagi masyarakat
yang tinggal di pesisir pantai utara (pantura), terutama Kabupaten Indramayu
dan Kabupaten Cirebon, kesenian tarling telah begitu akrab. Alunan bunyi yang
dihasilkan dari alat musik gitar dan suling, seolah mampu menghilangkan
beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan
di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur.
Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir.
Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'.
Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir.
Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'.
2.3
Perkembangan Musik
Tarling
Lagu-lagu tarling senantiasa mengalami perubahan dari
masa ke masa. Hal itu juga karena sifat kesenian tarling yang bukan merupakan
kesenian yang berasal dari dalam istana, yang memiliki pakem tersendiri.
Kesenian tarling lahir dari tengah-tengah rakyat. Diperkirakan lahir sejak
dekade 1930-an dan mulai terus berkembang hingga sekarang dengan mengalami
perubahan demi perubahan, termasuk pada lagu.
Dilihat dari
perkembangan sejak dekade 1960-an lagu-lagu tarling mulai mengalami perubahan.
Awalnya hanyalah lagu-lagu klasik yang berasal dari lagu-lagu yang biasanya
diiringi gamelan. Tokohnya yang populer adala Jayana, Abdul Ajib, Sunarto, Uci
Sanusi, Dariyah, Asmadi, dan lain-lain. Sejak dekade
1960-an terjadi perubahan dalam irama yang agak cepat, yang menurut H. Abdul
Adjib disebut “kiser gancang”. Sejak itu mengalami perubahan lagu karena
pengaruh musik dangdut nasional. Bahkan tarling juga berkolaborasi dengan
dangdut remix, disko, pop dan irama lainnya.
Syair
lagu-lagu tarling bisa diaparesiasi sebagai ungkapan perasaan wong Cerbon
Dermayu yang berlatar agraris-pantai. Ungkapan tersebut bertema problema
kemasyakaratan, percintaan, rumah tangga, maupun ajakan kebaikan. Meski
demikian ada juga yang tampil agak sensasional dengan mengetengahkan
seakan-akan pornografi, tetapi ternyata bernada nasehat dan ajakan kebaikan.
Jika
akan diketengakan dalam kelas di sekolah, ada baiknya memilih dan memilah
lagu-lagu yang memiliki syair yang tidak sensasional. Hal itu supaya siswa
tidak memiliki penafsiran yang bermacam-macam atau salah.
Lagu-lagu
tarling merupakan produk budaya yang lahir sejak pertengahan abad ke-19 atau
sesuatu yang baru. Meskipun baru, ternyata banyak digemari masyarakat
Cirebon-Indramayu, karena kedekatan bahasa yanag digunakan yakni bahasa
Cirebon-Indramayu. Perkembangannya cukup pesat hingga kini.
BAB III
SIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 Simpulan
Tulisan ini dilakukan dengan penelusuran berdasarkan
kajian pustaka (buku) tentang lagu-lagu tarling dari masa ke masa. Berikut ini
simpulannya:
1. Lagu-lagu tarling
berubah dan berkembang sejak dekade 1960-an. Di setiap dekade terus mengalami
perubahan dan perkembangan, karena tarling bukan kesenian yang berasal dari
dalam istana, tetapi lahir dari tengah-tengah masyarakat yang tidak memiliki
pakem tertentu.
2.
Faktor-faktor internal (kondisi psikologis, sosiologis, dan kultural masyarakat
Cirebn-Indramayu) serta eksternal (pengaruh musik lain seperti dangdut) membuat
lagu-lagu tarling mengalami perubahan dan perkembangan.
3.
Jika akan dimasukkan sebagai materi mata pelajaran muatan lokal dan
kesenian di kelas, sebaiknya dilakukan pemilihan yang selektif pada lagu yang
syairnya tidak sensaional dan cenderung pornografis.
3.2 Penutup
Penulisan makalah ini mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk
mengungkap sisi budaya dan kearifan lokal Cirebon-Indramayu melalui lagu-lagu
tarling dari masa ke masa. Hal ini memperkaya khazanah budaya bangsa Indonesia
dan wawasan dalam materi pelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rokhmin, dkk. 2004. Budaya
Bahari: Sebuah Apresiasi di Cirebon. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI.
Noer, Nurdin M. 2009. Menusa Cerbon:
Sebuah Pengantar Budaya. Cirebon: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Cirebon.
Kasim, Supali. 2002. Tarling: Migrasi
Bunyi dari Gamelan ke Gitar-Suling. Indramayu: Dewan Kesenian Indramayu.